Sabtu, 14 Februari 2009

ini mungkin menguntungkan

Beberapa hari yang lalu, karena tugas kantor, saya ditemani seorang rekan kerja mengunjungi sebuah pertanian ikan di daerah kedungombo.

Semula saya tidak tahu mengenai jenis usaha ini. Pemiliknya kebetulan sudah lama bergelut dengan perikanan belasan tahun, hanya saja masih dalam tahap pembibitan karena pekerjaannya di bidang pembibitan.

Awal pembicaraan merupakan investigasi yang biasa-biasa saja dan bersifat rutin, tapi ketika saya diajak mengunjungi ke lokasi peternakan yang berada di tengah waduk yang luar biasa luas dan dalam, maka justru itulah ketertarikan saya. Dalam hati "kenapa tidak?" ga ada salahnya saya ke sana sekaligus refreshing.

Keesokan harinya ditemani seorang rekan, kami menuju rumah pemilik pertanian ikan itu untuk kemudian bersama-sama menuju lokasi yang berjarak sekitar 60 km dari tempat kami berkumpul. Sebut saja pemiliknya adalah Pak Joko.

Sembari menunggu mobil untuk menuju lokasi, kami mengulang pembicaraan mengenai budidaya ikan ini yang Pak Joko sebut usaha "karamba." Usaha ini baru berjalan setahun tapi sudah menghasilkan keuntungan yang diinvestasikan kembali lebih dari 100%. Wau....luar biasa komentar saya pertama kali. Usaha yang dalam kurun waktu kurun kurang dari setahun hasilnya (udah dikurang biaya) lebih dari 100%. Menarik, jadi penasaran....komentar saya selanjutnya.

Perjalanan kami tempuh dalam waktu hampir 2 jam, ternyata jalan yang dilewati luar biasa jeleknya hampir 2 km jalan rusak parah, sisanya lumayan rusak tapi masih layak dilalui.
Setelah mampir menjemput seseorang yang ternyata beliau adalah yang mengurus karamba. Sebut saja namanya Pak Har, pensiunan Lurah yang merupakan penduduk asli sekitar waduk kedungombo, sudah 4 tahun ini bergelut mengurusi karamba. Usianya sudah hampir 60 tahun, tapi fisiknya luar biasa, badannya kekar, tapi tutur katanya sangat sopan dan bijaksana. Maklum termasuk orang yang melek hubungan sosial mungkin karena mantan lurah.

Sesampai di bibir waduk, kami harus menaiki perahu bermotor yang menurut perhitungan logika saya hanya muat 10 orang tapi Pak Har bilang bisa muat 16 orang. Untungnya kami ga sampe berjumlah 10 orang. Perjalanan ditempuh sekitar 15 menit, cukup jauh juga dan ngeri karena kedalaman waduk kondisi normal sekitar 50 meter, dan waktu itu sudah lebih dari 1 minggu hujan lebat terus jadi mungkin kondisinya tidak normal.

Setelah 15 menit menaiki perahu motor, kami menjumpai karamba dan gubuk kecil tempat berteduh, mungkin untuk tidur pegawainya.

" Wah bagus sekali." Kesan pertama kali dalam benak saya. Di situ ada 10 kolam, mereka bilangnya "plong." Dalam satu plong terpisah berbagai ukuran ikan menurut usianya. Saya baru tahu juga bahwa benih ikan disitu jumlahnya puluhan ribu. Sementara di plong yang lain terdapat ikan yang lebih besar, hingga beberapa plong berisi ikan yang sudah siap panen. Berat ikan yang sudah siap panen sekitar 3-4 ons.

Dari Pak Har juga saya tahu bahwa modal yang sudah dikeluarkan hampir 200 juta rupiah, namun secara bertahap. Semula hanya ada 4 plong, dan berkembang menjadi 10 plong kurang dari setahun. Dana pembuatan satu plongnya hampir 12 juta rupiah. Mulai benih sampe panen butuh waktu sekitar 4 bulan. Dan bila sudah panen maka tidak perlu tambah biaya lagi karena semua biaya mulai pembelian benih, pakan, sampe gaji pekerja sudah tertutup hasil penjualan ikan bahkan masih banyak sisanya (laba).

Jenis ikan yang di budidayakan berupa nila, dengan pertimbangan tingkat kematian sedikit dan proses pembesaran cepat.

Kalo di kalkulasi keuntungan tiap plong bila sudah berjalan sekitar 1 juta rupiah. Sehingga dari 10 plong yang ada itu bisa menghasilkna keuntungan bersih 10 juta rupiah. Dan fantastisnya mereka sudah bisa panen ikan 2 minggu sekali. Wah luar biasa.....

Setelah puas melihat-lihat karamba , sembari menunggu jemputan perahu dan menunggu kondisi angin tenang, kami disuguhi gorengan ikan nila , nasi putih dan sambal kecap. Saya hanya bisa menikmatinya dengan perasaan puas sekali.

Ternyata di tengah hamparan air waduk yang dalam dan luas ini, bisa dikelola dan mendatangkan keuntungan yang besar. Saya juga melihat sudah banyak yang ikut membuat usaha karamba ini, bahkan menurut cerita Pak Har, di utara lokasi karamba tersebut, pengusaha Jerman sudah mulai membuat karamba sebanyak 300 plong. Luar biasa.....
Logika sederhana saya, kalo orang Jerman saja ikut bermain di usaha ini tentunya secara matematis sangat menguntungkan.

Bagaimana menurut Anda.....?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar